HUBUNGAN
EFISIENSI FINANSIAL DENGAN KEBERHASILAN USAHA PADA KOPKAR DI KOTA BATAM
OLEH :
MAGDALENA
JURNAL ICHSAN
GORONTALO. VOL.3. NO.4. NOVEMBER 2008-JANUARI 2009
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara efisiensi financial dengan keberhasilan usaha. Penelitian ini
dilakukan pada Koperasi di Kota Batam dengan populasi Koperasi Karyawan
(Kopkar) yang mandiri dengan menggunakan analisa Korelasi Product Moment dengan data tahun 1999 sampai dengan tahun 2002.
Hasil penelitian menunjukan yang positif antara efisiensi financial dengan
keberhasilan usaha pada Kopkar di Kota Batam.
Pendahuluan
Berbagai upaya dan terobosan untuk meningkatkan
keunggulan sector koperasi telah dan sedang dilakukan oleh gerakan koperasi
maupun pemerintah yang selalu mengadakan perintisan dan pembinaan dengan
berbagai tahapan, yaitu tahap offisialisasi, depfisialisasi hingga tahap
otonomi. Pola dukungan pemerintah secara aktif merintis dan menetapkan koperasi
yang mempunyai kemampuan sendiri, hasilnya masih perlu ditngkatkan. Dengan
demikian, koperasi sebagai organisasi ekonomi swadaya yang berorientasi pada
promosi anggotanya dalam meningkatkan kemampuannya tidak harus terus-menerus
tergantung pada bantuan pemerintah. Koperasi harus mengembangkan swdayanya
untuk dapat meningkatkan kontribusinya baik kepada anggota maupun sumbangannya
terhadap Gross National Product (GNP).
Dari jumlah koperasi yang ada di Kota Batam,
Koperasi Karyawan (Kopkar) merupakan bagian yang paling besar jumlahnya. Kopkar
sangat potensial untuk tumbuh dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas
karena adanya beberapa factor pendukung untuk berkembang. Faktor tersebut
adalah antara lain, yaitu : jumlah anggota yang relaif tetap sehubungan dengan
status anggotanya sebagai karyawan pada badan usaha. Potensi ini akan menjadi
sumber daya financial yang dapat dimanfaatkan oleh pengelola Kopkar.
Perkembangan Kopkar di Kota Batam dapat dilihat pada table 1 Berikut:
Sumber: Kantor Dinas Koperasi PKM Kota Batam Dalam Laporan Tahunan
Catatan: angka 3-5 dalam ribuan rupiah
|
Dari table 1.2 di atas terlihat nilai rata-rata rentabilitas yang dicapai ialah 4.025%. dengan demikian efisiensi financial Kopkar di Kota Batam masih sangat rendah, yaitu di bawah tingkat bunga pinjaman bank. Oleh karena itu dapat diduga bahwa pengelola financial terutama kinerja pada profitabilitas dan kebijakan financial optimal. Berdasarkan gejala dan kenyataan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana hubungan efisiensi financial dengan keberhasilan usaha pada Kopkar di Kota Batam”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah usaha pada Kopkar di Kota Batam. Dan kegunaan hasil penelitian ini diharapkan adalah untuk:
- Memberikan sumbangan pemikiran bagi Dinas Koperasi PKM dalam penyempurnaan kebijakan pada program Kopkar di Kota Batam.
- Informasi tambahan tentang analisis efisiensi financial bagi pengembangan ilmu manajemen keuangan khusunya pada koperasi.
Pembahasan
Munkner (1987) dan Hanel (1985) melihat koperasi
sebagai suatu organisasi yang mengandung dua pengertian, yaitu pengertian hukum
dan pengertian ekonomi. Menurut pengertian hukum, Koperasi adalah organisasi
swadaya yang bersifat formal yang mempunyai satuan usahan sendiri (perusahaan
bersama). Sedangkan dalam pengertian ekonomi, koperasi merupakan organisasi
yang otonomi yang dimiliki oleh para anggota dan ditugaskan untuk menunjang
para anggota sebagai rekanan/pelanggan dari perusahaan koperasi atau sebagai
pekerja/karyawan dari perusahaan koperasi tersebut. Dasar terbentuknya Koperasi
adalah kehendak anggota, yaitu anggota yang telah membentuk kelompok koperasi
dengan cirri-ciri semangat swadaya berusaha secara bersama-sama dan melalui
pendirian perusahaan bersama atau perusahaan koperasi untuk memenuhi
kebutuhannya (Yuyun Wirasasmita, 1992).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa sebagai suatu organisasi ekonomi yang dibentuk secara bersama dalam suatu
lingkungan tetentu, maka koperasi harus selalu berorientasi memberikan
pelayanan terhadap berbagai kebutuhan anggota dan masyarakat sekitarnya dan
selalu berusaha agar koperasi tetap berkembang dan berhasil dalam mencapai
tujuannya. Indikator keberhasilan koperasai menurut Ima Suwandi (1989) ialah:
- Keberhasilan koperasi yang meliputi perkembangan anggota, administrasi, pengurus, badan pemeriksa badan pembimbing dan pelindung.
- Keberhasilan usaha, ini meliputi: volume usaha, kekuatan modal, kemampuan memupuk modal, sisa hasil usaha(SHU), bagian SHU yang diterima oleh anggota.
- Keadaan keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan).
Menurut Hanel (1985), ada empat persyaratan
keberhasilan perkembangan koperasi, yaitu:
- Berusaha secara efisien atau produktif, artinya koperasi itu harus memberikan manfaat dari usaha bersama itu kepada anggotanya dan menghasilkan potensi peningkatan playanan yang cukup bagi anggotanya, Koperasi harus berusaha secara efisien agar sanggup bersaing dengan berhasil di pasar.
- Efisien dan efektif bagi para anggotanya, artinya bahwa setiap anggota akan menilai bahwa manfaat yang diperoleh karena berpartisipasi dalam usaha bersama atau kerja sama itu merupakan kontribusi yang lebih efektif dalam mencapai kepentingan dan tujuan-tujuannya sendiri ketimbang hasil yang mungkin diperoleh dari pihak lain.
- Dalam jangka panjang, memberikan kepada setiap anggota, suatu saldo positif antara kemanfaatan (intensif) yang diperolehnya dari koperasi dan sumbangan (kontribusi)nya kepada koperasi yang jika dibandingkan dengan kemanfaatan dan sumbangan para anggota lainnya, mencerminkan rasa keadilan diantara sesama anggota kelompok.
- Menghindari terjadinya situasi dimana kemanfaatan dari usaha bersama itu menjadi milik umum atau dengan kata lain mencegah timbulnya dampak-dampak dari penumpang gelap yang terjadi karena usaha koperasi mengaran ke usaha bukan anggotanya.
Tingkat efisiensi akan semakin tinggi jika terdapat
input yang lebih kecil dari pada output. Keadaan ini akan tercapai jika
dikerjakan dalam jumlah yang cukup besar dan tercapainya skala yang besar dan
diukur dari tingkat efisiensinya (Sugiyanto, 2000). Tingkat efisiensi ini
sering pula digunakan untuk melihat keberhasilan suatu usaha atau efeisiensi
financial pada suatu perusahaan/badan usaha juga mencerminkan efektivitas kerja
organisasi di dalam mencapai sasaran dengan sumber daya yang ada (Bambang
Riyanto, 1995).
Di dalam mengamati efisiensi usaha koperasi
pertama-tama perlu dievaluasi apakah dan sejauh manakah suatu koperasi dikelola
secara efisien dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya sebagai lembaga
(usaha/ekonomi) yang mandiri. Jadi efisiensi adalah derajat atau tingkat sejauh
mana tujuan-tujuan yang telah disepakati organisasi koperasi, khusunya
perusahaan koperasi telah tercapai. Evaluasi itu telah berkaitan erat dengan efisiensi
ekonomis, kestabilan keuangan dan prestasi usaha suatu perusahaan koperasi
(Hanel, 1985). Mengukur efisiensi financial sengatlah penting. Karena dapat
digunakan sebagai alat control jalannya kegiata usaha. Oleh karena itu pedoman
untuk kegiatan usaha tidak saja dilihat dari segi besarnya keuntungan absolute
tetapi juga dilihat juga dari tingkat efisiensi. Menurut Bambang Riyanto
(1995): “Efisiensi financial baru dapat
diketahui denga membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal
yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lain ialah dengan menghitung
rentabilitasnya”. Diantara alat-alat analisis yang selalu dugunakan untuk
mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh kegiatan usaha di bidang
keuangan adalah analisis rasio (finansiil
ratio analisis). Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative
bukan absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu
dengan angka lainnya dari satu laporan keuangan. Analisis rasio sangat berguna
bagi intern dan ekstern. Rasio yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi
financial adalah rasio rentabilitas (Scoot, 2002), yaitu:
Pendapatan operasi adalah selisih antara penjualan
dengan biaya operasi (usaha). Penjualan (volume usaha) adalah keseluruhan omset
penjualan barang dan jasa yang merupakan operasi utama dari keseluruhan
unit-unti usaha koperasi. Biaya usaha adalah biaya yang dikelurkan dalam usaha
normal perusahaan yang terdiri dari harga pokok penjualan, biaya penjualan,
biaya administrasi dan biaya umum (Kieso, 1995). Harta adalah sumber ekonomi
yang diharapkan memberikan manfaat dalam usaha (Joel G. Siegel, 1996). Menurut
Bambang Riyanto (1995) factor-faktor yang dapat menetukan tinggi rendahnya
tingkat rentabilitas dapat ditentukan oleh dua factor, yaitu:
- Profit Margin, yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sales. Atau selisih antara net sales dengan operating expenses (harga pokok penjualan + biaya adm + biaya penjualan).
- Turnover of operating assets, yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam satu periode tertentu. Ini dapat ditentukan dengan membagi net sales dengan operating assets.
Untuk memperbesar profit margin dapat dilakukan dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai tingkat
tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-besarnya. Untuk
mempertinggi turnover of operating
assets, ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dangan menambah operating assets sampai tingkat tertentu
diusahakan tercapai tambahan penjualan yang sebesar-besarnya atau dengan
mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau
pengurangan operating assets dijelaskan di atas, maka dapatlah diajukan
hipotesis sebagai berikut: “Efisiensi finasial mempunyai hibungan dengan usaha
pada Kopkar di Kota Batam”.
Metode
Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah efisiensi financial
dan keberhasilan usaha pada Kopkar di Kota Batam. Penelitian ini adalah
penelitian populasi. Ppulasinya adalah Kopkar yang ada di Kota Batam. Kopkar
yang dipilih adalah Kopkar Mandiri. Penelitiannya adalah penelitian penjelasan
(explanatory research) karena untuk
menjelaskan hubungan kausal antar variable melalui pengujian hipotesis. Data
yang diperlukan adalah data sekunder dengan skala rasio, yaitu variable
efesiensi financial, (perbandingan antara volume usaha dikurangi dengan biaya
usaha dan harta)..
Jadi, dibutuhkan data tentang volume usaha, biaya
usaha serta asset (harta) yang diperoleh dari laporan keuangan masing-masing
Kopkar. Sedangkan data untuk variable keberhasilan usaha adalah data tentang
perkembangan volume usaha, modal sendiri, SHU dan Harta. Jenis data yang
digunakan adalah data time series dan
cross section selama empat tahun,
yaitu dari tahun 1999-2002. Tujuannya adalah untuk menganalisa perkembangan
dari variable yang diteliti Analisis yang digunakan adalah analisis kwantitatif
berupa pengujian hipotesis dengan menggunakan Korelasi Product Moment.
Hasil Penelitian
Besarnya hubungan variable efisiensi financial
terhadap keberhasilan usaha adalah sebesar 0,6507. Hal ini sesuai dengan
pendapat dari Bambang Riyanto (1995) yang menyatakan bahwa efisiensi financial
mempunyai hubungan positif dengan efisiensi financial. Manurut Sugiyono (1999),
koefisien korelasi sebesar 0,6507 termasuk pada kategori kuat. Jadi terdapat
hubungan positif yang kuat antara efisiensi financial dengan keberhasilan usaha
Kopkar di Kota Batam. Maksudnya, apabila efisiensi financial meningkat, maka
keberhasilan usaha juga akan meningkat. Ini mengindikasikan bahwa efisiensi
financial pada Kopkar di Kota Batam betul-betul harus diperhatikan karena
mempunyai hubungan positif yang kuat dengan keberhasilan usaha pada Kopkar.
Kesimpulan
Dari hasil analisa korelasi Product Moment yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara efisiensi financial dengan keberhasilan usaha terdapat hubungan
yang kuat yaitu sebesar 0,6507. Jadi Koperasi di Kota Batam, khususnya Koperasi
Karyawan (Kopkar) harus memperhatikan efesiensi financial dalam operasional
karena ini sangat mnentukan sekali dalam meningkatkan perkembangan koperasi
yang mapu bersaing dengan badan usaha lainnya dan dapat membantu para anggota
dan masyarakat sekitarnya.
Nama : Zainul
Arifin
NPM :
27211720
Kelas : 2EB09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar